11 Jan 2012

Pendidikan Siapa yang Punya ???


“Ingat lagu masa kecil Indnesia ‘nona manis siapa yang punya’ ? tak mau kalah… pendidikan juga punya jingle serupa... Pendidikan siapa yang punya ? Pendidikan siapa yang punya ? Pendidikan siapa yang punya ? Yang PUNYA KITA SEMUA.”

Seluruh masyarakat memiliki hak mendapatkan pendidikan yang layak. Namun, labeling, pencitraan, sikap ‘minder’, kondisi ekonomi dan masih banyak hal lain, membuat bayangan untuk duduk di bangku formal terhapuskan.
Hal tersebut-lah yang dirasakan saudara kita, sahabat pembangun bangsa, perintis harapan, yang juga merupakan korban dari penindasan oleh bangsa sendiri. Mereka mau menjadi pintar, mereka minat mendalami ilmu, mereka semangat mengasah skill, namun satu hal yang mereka jarang jumpai, yakni KESEMPATAN. Saat kita dapat makan disaat lapar, mereka harus menahannya untuk berbagi dengan sanak saudara. Saat kita masih dapat tidur di tempat nan empuk dan hangat, mereka harus tidur diantara kerumunan tikus, diselimuti udara nan dingin, di atas tanah berlapis kardus. Ironisnya, hal tersebut juga terjadi di Ibukota, di antara kemegahan bangunan pencakar langit. Saat mereka menanti kesempatan itu tiba, dimanakah kita ??? Mereka BUTUH pendidikan. Pendidikan yang dapat meningkatkan taraf kehidupannya menjadi lebih baik, pendidikan yang dapat menanamkan moral berbudaya, pendidikan yang mampu menghajar segala bentuk pembodohan dan penindasan. Pendidikan adalah HAK seluruh manusia. Bukankah kemerdakaan adalah hak segala bangsa ? Tanpa pendidikan yang baik, sulit rasanya menjadi orang yang merdeka, kecuali menjadi penonton orang-orang yang merdeka. Siklus kehidupan keterpurukan perlu diperbaiki sedini mungkin. Jangan sampai “warga yang ditelantarkan oleh negara” bertambah lagi, tahun demi tahun.

Pendidikan memerlukan suatu rangsangan kerja untuk merealisasikannya secara baik dengan bubuhan sense of belonging, yang dapat dilakukan melalui “pengabdian”. Saat fenomena kota metropolitan memanggil pertolongan untuk menyelamatkan keterpurukan pendidikan kelompok tertentu, apa yang dapat kita lakukan? Jawabannya adalah pengabdian. Media pers mennyumbang pengabdiannya untuk pendidikan dengan meliput kondisi buruk pendidikan di Indonesia dan menunjukkannya kepada pemerintah, donatur mendonasikan harta mereka bagi kemajuan sarana dan prasarana pendidikan, para guru mentransfer ilmunya bagi kemajuan pendidikan di bangku formal, dan mahasiswa harus menjadi penggerak perubahan yang dapat mengurangi, bila perlu membinasakan inti bobroknya pendidikan masyarakat di Indonesia. Pengabdian dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung tujuan yang ingin dicapai untuk menyelesaikan masalah. Pengabdian sangat penting dan harus dilakukan bila kita tidak ingin disamakan dengan patung pancoran atau patung selamat datang yang hanya dapat menonton lalu lalang kepedihan di Ibukota. Sebuah realisasi dari harapan, untuk mencerdaskan bangsa karena pendidikan milik SEMUA ORANG.

Case Study :
Anak : Ma, aku mau dibelikan sepeda…
Ibu : Nak, kita kan sudah punya…
Anak : Aku mau yang baru, ma… Sepeda yang ini sudah rusak…
Ibu : Sepedanya kan masih belum lama… Sepeda itu masih layak digunakan…
Anak : Tapi, Ma… warna nya sudah tidak menarik lagi, ada karat disana-sini…
Ibu : Nak, sepeda ini masih bagus, hanya warna nya saja tidak menarik karena terlalu sering
digunakan… Sepeda ini masih berfungsi dengan baik…
Anak : Lalu bagaimana cara memperbaikinya agar aku dapat menggunakannya lagi ?
Ibu : Sepeda ini hanya perlu dicat dan diperbaiki remnya… Setelahnya, kamu akan melihat
sepeda ini seperti terlihat baru…
(Sepedanya tidak perlu diperbaiki hingga semakin parah kerusakannya atau sepedanya diperbaiki agar dapat bermanfaat ?)

Pengabdian bukanlah tindakkan mudah yang dapat dilakukan dengan ‘menjentikkan jari semata’. Khususnya dalam bidang pendidikan, diperlukan amunisi demi tercapainya tujuan belajar. Tentu dalam mencapai tujuan diperlukan metode yang paling tepat yang sesuai dengan karakteristik si belajar. Dalam melakukan pengabdian dengan sasaran yang tidak biasa, pengenalan karakteristik menjadi hal utama dalam perencanaan pembelajaran. Variatif metode, fun and easy learning, inovasi pembelajaran perlu dilakukan dengan baik, serta kebermanfaatan belajar harus jelas menyadarkan si belajar untuk meningkatkan minat mereka dalam menuntut ilmu. Pengabdian merupakan tanggungjawab setiap manusia karena telah dikaruniai hati untuk peka pada lingkungan dan akal untuk menjadi manfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

“Dalam melakukan amal, memang diperlukan ilmu terlebih dahulu. Namun, saat seseorang hanya terus menuntut ilmu tanpa menimbulkan manfaat bagi sekitarnya, sesungguhnya ilmu tersebut akan menghantarkannya pada kehancuran.”

0 Comments:

Post a Comment