25 Feb 2012

Indonesia International Week : Semarakkan Budaya Dalam Kancah Internasional

Artikel ini diterbitkan di majalah EconoChannel Edisi 11 Tahun 2011

“Walaupun banyak negri kujalani, Yang masyhur permai dikata orang… Tetapi kampung dan rumahku, Di sanalah kurasa senang… Tanahku tak kulupakan, Engkau kubanggakan…”. Bangga sekali bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan yang sangat beraneka ragam dan telah disediakan keindahan alam sebagai aset pariwisata. Budaya dan wisata alam merupakan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh bangsa nan permai ini. Indonesia— mulai dari tarian, nyanyian, makanan, kerajinan tangan, pakaian, rumah, dan upacara adat—merupakan aset yang sangat bernilai untuk dilestarikan. Wisata alam yang dimiliki Indonesia pun sangat menarik dan menjadi daya tarik utama turis asing untuk datang ke Indonesia.  Lantas timbul pertanyaan,”Siapakah yang akan melestarikannya?” Para leluhur kah? Kakek-nenek kita? Komunitas pecinta budaya dan alam? Atau negara tetangga kah?. Jawaban sebenarnya pun sudah pasti diketahui—bahkan oleh anak TK sekalipun : “Seluruh bangsa Indonesia”. Bila jawabannya adalah BENAR seperti itu, seluruh bangsa Indonesia, tak terkecuali gubernur dan artis-artis tenar, berkewajiban untuk turut melestarikan budaya Indonesia.
                Bersumber dari solopos.com (28/6/2011), terjadi perdebatan antara Gubernur Jawa Tengah dengan Walikota Solo. Gubernur bersikukuh ingin mal dibangun di bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari dengan alasan bahwa tanah tersebut milik Pemprov Jateng. Namun, Walikota Solo dan warga menilai bangunan itu termasuk benda cagar budaya sehingga tidak bisa dibongkar begitu saja. Tidak disangka-sangka, salah satu pemimpin bangsa justru bertindak regresif terhedap pelestarian budaya. Kejadian klaim negara lain atas budaya bangsa Indonesia pun menandakan bahwa eksistensi budaya bangsa sudah mulai kritis. Aset budaya dan pariwisata merupakan PELUANG BESAR pemasukkan devisa negara. Pemerintah perlu memperhatikan secara serius agar aset tersebut dimanfaatkan secara bijak dan bertanggung jawab. Jepang dan Korea Selatan unggul dalam bidang teknologi, Finlandia unggul dalam bidang pendidikan, lalu bagaimana dengan Indonesia? ‘Peluang’ tidak akan bermanfaat apabila tidak diperlakukan secara maksimal. Maka dari itu, mahasiswa sebagai agent of change dan penerus bangsa, perlu aktif bertindak.

               Sebuah kegiatan yang sangat menarik, karya inovasi anak bangsa dilaksanakan untuk mengenalkan budaya dan keindahan alam Indonesia pada kancah internasional. Kegiatan ini bernama “Indonesia International Week” yang diselenggarakan oleh organisasi nonprofit ISAFIS (Indonesian Student Association For International Studies). Dilaksanakan pada 2 - 13 Juli 2011 di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, kegiatan ini bertemakan “Living In Multicultural Society” Hidup Dalam Masyarakat Multikultural. Opening pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan pada 2 Juli 2011, pukul 17.00 WIB di Universitas Bakrie, Jakarta. Indonesia International Week (IIW) 2011 merupakan pekan internasional ke-10 yang diselenggarakan oleh ISAFIS. Acara pertukaran budaya tahunan ini berada di bawah International Week Coordinator Organization (IWCO) yang bermarkas di Tallinn, Estonia.
                Pada penyelenggaraan tahun ini, peserta yang mengikuti IIW tidak hanya mahasiswa luar negeri, tetapi juga dalam negeri. Mahasiswa luar negeri yang dapat menjadi peserta adalah rekomendasi dari IWCO berdasarkan seleksi dari masing-masing universitas. Jumlah seluruh peserta yang ikut berpartisipasi adalah 16 orang yang berasal dari 9 negara, yaitu Indonesia, Belgia, Finlandia, Cina, Argentina, Hungaria, Togo, Turkey, dan Spanyol. Dengan adanya kegiatan ini, partisipan internasional dapat memahami kebudayaan Indonesia dan memupuk rasa cinta yang mendalam bagi partisipan lokal. Ketua pelaksana IIW 2011, Muhammad Salman menerangkan bahwa melalui kegiatan ini, peserta akan melihat dan mempelajari Kekayaan dan Keragaman Budaya yang dimiliki oleh Indonesia, yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Kombinasi antara keramahtamahan kultur budaya masyarakat Indonesia dan program yang besar, akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi para peserta.
                Kegiatan IIW 2011 terdiri dari seminar, diskusi, workshop, wisata kuliner, dan wisata alam. Beberapa kegiatan yang akan dikunjungi diantaranya seminar travel blogging, workshop batik dan kopi luwak, kunjungan ke pura, menikmati wisata bahari di Bali, dan masih banyak lagi. Di luar program resmi, panitia dan hostfam (sebutan untuk orangtua asuh para partisipan internasional) akan memfasilitasi rencana free day yang didiskusikan bersama partisipan. Seorang mahasiswi asal Cina, Kathie, menerangkan, “Sebelum kesini, hostfam mengajak saya ke MONAS dan saya sangat senang.” Partisipan mahasiswi fakultas hukum ini pun mengatakan, “Tujuan saya mengikuti IIW 2011 adalah ‘Bali’. Di Cina, kebudayaan dan keindahan Bali sangat dikenal.” Program ini benar-benar membantu pemerintah dalam mempopulerkan kekayaan budaya masyarakat Indonesia. M. Salman menambahkan bahwa tujuan utama pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatkan saling pengertian antar bangsa. Selain itu, dapat mengubah persepsi orang asing bahwa Indonesia adalah negara yang KAYA akan budaya dan keindahan alam, serta memiliki masyarakat multikultural yang cerdas. Harapan diadakan kegiatan ini sejalan dengan misi ISAFIS, yaitu partisipan lokal dan asing mampu mengambil hasanah dari seluruh rangkaian kegiatan dan program kerja yang diadakan mampu meningkatkan pemahaman antar bangsa.
                Sebagai bangsa Indonesia, anak didik bangsa, putera-puteri calon pemimpin bangsa, sadarlah bahwa negara kita sudah diambang kritis, tidak hanya pada faktor kebudayaan. Korupsi, kemiskinan, ketidakadilan, kriminalitas, maraknya teroris, krisis moralitas, diskonsistensi agama, pendidikan tidak merata, ketertinggalan teknologi, mengharuskan KITA sebagai mahasiswa—kaum pemuda intelektual untuk SEGERA BERGERAK. Tunjukkan pada “mereka” bahwa Indonesia BISA.

0 Comments:

Post a Comment