11 Jul 2012

Beberapa Hadits Dhaif tentang Pengamalan di Bulan Ramadhan

Berikut adalah materi yang disampaikan oleh Ust. Azhar pada penutupan pengajian bulanan di kediaman ibu Fahimah Askar di Pondok Bambu Town House. Selamat Menyimak :)
1.      Pernyataan tentang do’a berbuka puasa yaitu Allahumma lakasumtu wabika amantu wa ala rizkika aftortu birahmatika ya arhamarrahimiin, merupakan hadits dha’if atau palsu. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2358, Baihaqi 4/239, dan lainnya. Derajatnya yaitu hadits Dha’if atau lemah. Hal ini dikarenakan Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang Tabi’in bukan seorang sahabat, maka sanadnya terputus. Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341): “Hadits ini gharib dan sanadnya lemah sekali”. (Dibantu oleh www.tabayyun.wordpress.com)
2.    Do’a berbuka puasa yang diamalkan Rasul, yaitu: “Dzahabaz zhamaa’u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya alloh”. Artinya “Telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat, dan telah ditetapkan pahala, Insya Allah.(HR. Abu Dawud, 2/306 no. 2357, An Nasai dalam As Sunan Al Kubra, 2/255, Ad Daruquthni, 2/185, Al Baihaqi 4/239, dari hadits Ibnu Umar). Bukan berarti doa yang dhaif tadi tidak boleh dipergunakan, tetapi masih boleh selama itu tidak bertentangan dengan syariat. Namun, alangkah baiknya kalau do’a yang kita amalkan adalah do’a yang diamalkan oleh Rasul, dengan demikian pahala kita pun berlipat. Jadi, segera hapalkan ya do’a yang shahih, karena Ramadhan sebentar lagi tiba. (Dibantu oleh www.adityaperdana.web.id)
3.    Niat ketika sahur “nawaitu shauma gadin ‘an ‘ada i fardlu syahri ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala”, yang artinya “Aku berpuasa esok hari untuk menunaikan kefardluan Ramadhan karena Allah Ta’ala, bukanlah pernyataan khusus yang diamalkan Rasulullah. Tetapi, para pengikut madzhab syafi’i ketika berniat lazim melafazhkannya dengan lisan, baik dengan bahasa Arab maupun bahasa local yang mudah dipahami. Kamu yang berniat dengan menggunakan hati saja sudah cukup. Pengucapan niat secara lisan tidak wajib, tapi jika ditujukan untuk memudahkan alam berniat maka itu boleh. (Dibantu oleh www.kommabogor.wordpress.com)
4.    Pernyataan tentang di bulan ramadhan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 10 hari pertama, 10 hari kedua, dan 10 hari ketiga merupakan hadits palsu. Yang benar yaitu khusus diantara malam ganjil pada 10 hari terakhir ramadhan ada lailatul qadar.
5.     Pernyataan tentang tidurnya seseorang di bulan puasa = ibadah, merupakan hadits palsu. Rasulullah justru menganjurkan umatnya pada bulan Ramadhan untuk memperbanyak ibadah, bukannya bermalas-malasan.
6.   Pernyataan tentang barang siapa meninggalkan 1 hari di bulan puasa maka tidak akan bisa mengganti puasanya meskipun terus-menerus, merupakan hadits palsu. Yang benar adalah, kalau meninggalkan puasa secara sengaja di akhirat nanti akan digantung dan ditusuk-tusuk pipi dan tenggorokannya.
7.   Pernyataan tentang meskipun sakit, jangan meninggalkan puasa, merupakan hadits palsu. Yang benar adalah apabila kondisi fisik tidak mampu karena sakit maka jangan puasa.

0 Comments:

Post a Comment